*dari tulisan Presiden PKS, Sohibul Iman di status facebooknya, 14 Agustus 2015.
Alhamdulillah, semalam kami diberi kesempatan dan kemudahan oleh Allah SWT untuk berkumpul, bersilaturrahim, mengeratkan ukhuwah sesama, dalam acara konsolidasi pengurus DPP, DSP, dan MPP periode 2010-2015, dan mendengarkan tausiyah dari dewan pimpinan tingkat pusat PKS periode 2015-2020, di gedung DPP PKS, Jakarta Selatan.
Terima kasih untuk Ustadz Anis Matta yang insya Allah, apa yang telah beliau sampaikan semalam, akan mengisi ruang-ruang besar dakwah kita ini, bukan saja di Indonesia tapi juga di negeri-negeri lain.
Dalam kesempatan itu, saya mengemukakan, bahwa ada wartawan yang bertanya pada saya, “Ini kayaknya tugas Anda ke depan akan berat”.
Saya katakan, betul! Ini adalah tugas berat, tetapi saya katakan pada wartawan itu, saya selalu optimis!
Tugas berat ini masih bisa kita kerjakan dengan baik. Karena kalau saya ibaratkan PKS ini sebuah mobil, arah perjalanan mobil itu, ada yang sudah memberi arah, yaitu Ketua Majelis Syuro dan Wakil Ketua Majelis Syuro. Jadi saya tidak perlu repot-repot memikirkan arah perjalanan kendaraan ini.
Saya ikuti saja arah mereka (Majelis Syuro), insya Allah kita akan bisa jalan. Nah, tugas DPP, MPP, DSP, bersama antum semua (kader PKS) adalah memastikan, bahwa kendaraan ini memang layak jalan, dan kuat staminanya untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan oleh Ketua dan Wakil Ketua Majelis Syuro ini. Jadi saya bukan sendirian. Arahnya sudah ditentukan, terus kepastian tentang kondisi kendaraan itu, kita sudah bagi-bagi tugas.
Oleh karena itu, DPP, MPP, dan DSP, mulai dari sejak diputuskan, kita sudah mulai mengecek, bannya seperti apa kondisinya, setirnya seperti apa, kita sudah mulai lakukan itu. Oleh karena itu, saya setuju dengan ucapan Ustadz Hidayat semalam, kita tidak mengenal istilah cut off, demisioner, kita harus terus jalan.
Perjalanan yang sudah dilakukan Ustadz Anis Matta maupun Ustadz Salim, merupakan perjalanan yang sangat berat dan jauh. Namun kita semua berazam, bahwa kita ingin menjadi guru peradaban dunia. Kita ingin menjadikan Indonesia ini bukan saja pengguna peradaban, tapi kita ini menjadi kontributor yang membangun peradaban dunia.
Oleh sebab itu, kita sebagai partai dakwah ini sudah mempersiapkan empat level visi. Yang sebelum mencapai level keempat, ada 3 level visi di bawahnya.
Pertama, visi di level pembinaan. Yakni mencetak kader-kader yang bersih, peduli, dan professional. Dan itu sudah ada di AD-ART kita, sudah menjadi ciri partai kita. Yang mana keberhasilan di level ini akan menentukan keberhasilan di level berikutnya.
Kedua, visi di level kelembagaan, yang sudah kita rumuskan dalam Munas kita, menjadi partai yang transformatif, untuk melayani dan memimpin bangsa. Bagaimana kita bisa menjadi partai yang transformatif, kalo di level pembinaan kita tidak berhasil.
Ketiga, visi di level kebangsaan, ini tercantum dalam AD-ART, yakni kita ingin menjadi pelopor perwujudan cita-cita nasional, sebagaimana tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.
Dan visi yang di level ke-4, yakni visi kontribusi peradaban. Tidak akan mungkin tercapai level ini kalau kita tidak bisa berhasil menyelesaikan visi di level sebelumnya.
Untuk itu saya mengajak antum semua, mari bekerja, bekerja, bekerja! Untuk mewujudkan visi kita, menuju visi kontribusi peradaban.
Post a Comment