Dalam kesempatan yang lalu, tepatnya pada hari Ahad(19/04/2015), Gubernur Jawa Barat Aher Heryawan menjawab pertanyaan dari salah satu warga yang sedang menikmati acara “car free day” (hari tanpa kendaraan) yang berlangsung di daerah di Dago dan sekitarnya. Dan juga pada saat itu bertepatan pula dengan acara “Dakwah On the Street”.
Salah satu yang menarik dari pertanyaan warga atau setelah ia menyebutkan bahwa dirinya seorang mahasiswa, adalah seputar feminism atau orang awam lebih mengenalnya dengan keseteraan gender. Aher menjawab lalu mengatakan, sesungguhnya apa yang disebut feminism, atau gender adalah dua hal yang berlainan arti. Jika feminism, ia menjelaskan, bahwa pergerakan itu lahir dari latar belakang sejarah. Dan juga lahir yang disebabkan dari kesenjangan sosial antara wanita dengan pria yang ada di Negara-negara Eropa pada waktu. Sedangkan gender menurutnya adalah lebih tepat ke arah bagian konstruksinya.
“Gender itu lebih ke arah persoalan konstruksi. Sedangkan feminisme lahir karena adanya pergolakan antara wanita dengan pria Eropa pada waktu itu yang secara sosial mengalami kesenjangan pada waktu itu,” ucapnya.
Aher juga mengatakan, apa yang dibicarakan banyak orang atau khususnya mahasiswa tentang persoalan feminism sebetulnya masih banyak yang belum paham akan substansi akan hal itu. Sebagai contoh, Aher memberikan kritikan keras terhadap Lesbi, Gay, Biseksual, dan Transeksual atau yang lebih akrab di telinga dengan singkatan LGBT. Aher menyebut perihal tersebut sebagai penyimpangan yang harus ditolak dan diberikan perhatian lebih. Pasalnya, LGBT bukanlah bagian dari feminism ataupun gender itu sendiri sebagaimana masyarakat menilai. Terlebih pergerakan yang menghalalkan LGBT sudah pasti bertentangan dengan agama Islam.
Namun di lain sisi, politisi Partai Keadilan Sosial (PKS) ini menyatakan bahwa pergerakan feminism tidak bisa dicap seluruhnya salah, dan juga tidak seluruhnya pun betul. Kecuali ia menyebit yang telah jelas-jelas bertentangan seperti apa yang telah disampaikannya di atas tadi. Misalnya saja ia memberikan contoh untuk kesetaraan laki-laki dan perempuan dalam hal mengenyam pendidikan. Aher menyebut, untuk persoalan itu, laki-laki atau wanita mendapatkan hak yang sama. Tidak ada pengecualian. Pun dengan wanita yang ingin bekerja. Asalkan semua itu dilandasi dengan sikap dan perilaku islami.
Maka, Aher melanjutkan, agar dapat membedakan mana yang hak dan mana yang batil atau mana yang pantas dan mana yang tidak, ia menyarankan dan mengajak masyarakat untuk rajin-rajin mengaji, sholat, serta juga banyak-banyak senyum antara sesama. Sehingga, orang-orang yang belum “terlanjur” bertindak layaknya, yang dilarang seperti LGBT akan tahu bahwa perilaku tersebut adalah kesalahan fatal, dan juga dilarang oleh agama Islam.
“Untuk itu, mari kita rajin-rajin sholat, mengaji/baca al-Qur’an, dan juga banyak-banyak senyum,” himbaunya. (Robigusta Suryanto/voa-islam.com)
Post a Comment