Mantan Wakil Ketua DPR tersebut mengungkap awal mula Deddy Mizwar merapat ke Partai Gelora.
"Misalnya dengan Bang Demiz itu komunikasinya saya kira udah 10
tahun. Ngobrol panjang gitu sampai ada kesadaran bersama, penyatuan hati
dengan beliau," ujar Fahri Hamzah di kawasan Kemang, Jakarta Selatan,
Minggu (10/11/2019).
Fahri mengatakan komunikasi antara dirinya dengan Deddy Mizwar sudah terjadi sejak 10 tahun lalu.
Saat itu, kata dia, Deddy Mizwar sempat akan masuk ke PKS, tetapi kemudian 'ditelantarkan'.
Namun, Fahri Hamzah tak memberi penjelasan lebih detail mengenai hal tersebut.
"Meskipun ada transisi, karena anda tahu Pak Demiz sendiri waktu itu
kami berusaha tarik ke PKS. Sudah masuk ke PKS tapi oleh PKS kan dibuang
begitu saja. Dan beliau ada pertanyaan, 'kurang apa saya? Kok nggak
bisa masuk PKS?'" ujar mantan politikus PKS tersebut.
Fahri Hamzah juga menanggapi pernyataan Wasekjen Partai Demokrat Andi Arief yang menyebut Partai Gelora tak akan bernasib baik karena membajak kader Demokrat.
Menurut dia, Deddy Mizwar adalah guru yang menginsiprasinya.
"Sebenernya Demiz itu adalah guru kami. Jadi kalau ada yang bilang
dia kita rekrut itu salah, dia itu guru kami semua. Kami banyak sekali
mendapatkan inspirasi dari pikiran beliau. Produk-produk beliau di layar
lebar, di layar kaca luar biasa bagi kami. Jadi jangan dibalik," kata
Fahri.
Fahri juga menyinggung soal PKS yang menyingkirkan dirinya dan Anis Matta.
Menurut dia, hal itu membuat banyak kader PKS bingung.
"Di sana kan dikembangkan 'wah mereka nih nutupin salah mereka,
banyak salahnya' itu kan bohong-bohong aja. Sampai kapan kebohongan itu
bisa dijaga? Nggak bisa dong. Jadi, itu lah yang menyebabkan kami
percaya dan tahu lah warna dari teman-teman itu, saya kira mereka akan
mencari apa yang sejati," katanya.
Lebih lanjut, Fahri mengatakan publik akan mudah membedakan Partai Gelora dengan PKS.
Menurutnya, Partai Gelora lahir dari semangat arah baru yang kemudian diusulkan untuk berubah menjadi partai.
"Dan masyrakarat juga temen-temen kita yang lama pingin sekali supaya
ini bergerak menjadi Parpol. Sebab Indonesia memang ada krisis naratif,
krisis kapasitas negara, krisis kepemimpinan yang sudah kami pidatokan
ke seluruh Indonesia. Dan sekarang ada desakan temen-temen kita bikin
partai, ya kita bikin partai," kata Fahri.
"Dan itulah satu-satunya cara menawarkan ide kepada masyarakat kita,
karena kan nggak ada cara lain. Kita kan nggak bisa berkuasa melalui
kudeta lagi sekarang, kita kan harus bikin Parpol," tambah dia.
artai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia telah mengukuhkan sususan pengurus nasionalnya.
Nama seperti Anis Matta, Fahri Hamzah, dan Mahfudz Sidik bertengger di jajaran elite partai.
Kepengurusan Dewan Pimpinan Nasional (DPN) dan Ketua Bidang
Pengembangan Wilayah Partai Gelora terbentuk bertepatan dengan Hari
Pahlawan yang jatuh pada hari ini, Rabu (10/11/2019).
Salah satu inisiator Partai GeloraFahri Hamzah berharap, Januari 2020 seluruh dokumen dari Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham) mengesahkan syarat administrasi partai.
"Kami berharap Januari seluruh dokumen dari Kementerian Hukum dan HAM
yang menyatakan bahwa Partai Gelombang Rakyat Indonesia atau Gelora
Indonesia ini sudah sah menjadi peserta pemilu," ucap Fahri di acara
syukuran Partai Gelora Indonesia, Kemang, Jakarta Selatan, Minggu (10/11/2019).
Berikut susunan kepengurusan Partai Gelora Indonesia:
DPN (Dewan Pimpinan Nasional):
Ketum: M Anis Matta
Waketum: Fahri Hamzah
Sekjen: Mahfudz Sidik
Bendum: Ahmad Riyaldi
Ketua Bidang Pengembangan Wilayah:
1. Sumatera (M Syahfan)
2. Jabar, DKI, Banten (Ahmad Zairofi)
3. Jateng, DIY, Jatim (Ahmad Zainudin)
4. Kalimantan, Bali Nusra (Rofi Munawar)
5. Sulawesi Indonesia Timur (A Faradise)
"Banyak (kader PKS), apa boleh buat kan," kata Fahri saat ditemui di Hotel Park Regis Arion, Jakarta Selatan, Sabtu (9/11/2019).
Fahri mengatakan, para kader tersebut pindah ke Partai Gelora karena merasa tidak ada perubahan di partai yang dipimpin oleh Sohibul Iman itu.
"Pokoknya gini lah teman-teman yang memahami bahwa di tempat yang
lama itu mereka mengalami stagnasi ya, karena kebuntuan pikiran,"
ujarnya.
Fahri pun heran dengan PKS yang memecat kader tanpa alasan, hingga polemik itu berujung pada proses di pengadilan.
"Kita coba kita pakai akal sedikit aja. Kok ada partai yang
membiarkan dirinya memecat orang tanpa alasan. Lalu dia dihukum di
pengadilan trus dia diam aja," ucapnya.
Fahri mengatakan, sejumlah kader yang mempertanyakan kasus tersebut kepada petinggi PKS tidak diperbolehkan.
Bahkan, untuk berkomunikasi dengan dirinya dan Anis Matta pun dilarang oleh PKS.
"Kan aneh kan kok bisa gitu? Nah, sekarang kader-kadernya yang nanya
kan dimarahin. ketemu saya dimarahin, ketemu Pak Anis dimarahin, nanya
nggak boleh, dimarahin juga," pungkasnya.
Post a Comment