Buku yang diterbitkan Noura Books Publishing (kelompok Mizan) cukup tebal, 384 halaman. Terbit bulan Juli 2016 ini. Buku ini ditulis oleh Meicky Shoreamanis Panggabean, dengan kata pengantar Wimar Witoelar. Untuk larisnya buku ini, redaksi Noura juga menampilkan pakar manajemen Rhenald Kasali dalam covernya.
Dalam review buku Ahok ini, redaksi Noura menyatakan bahwa buku ini adalah biografi yang mengupas kehidupan Ahok berdasarkan wawancara dengan Ahok sendiri, keluarga, orang-orang terdekat, dan 9 ahli dari berbagai bidang. Kisahnya diceritakan mulai dari balita hingga dewasa, pengalaman hidup dan peristiwa-peristiwa ringan yang dia alami, untuk memberi gambaran seperti apa Ahok sesungguhnya. Menurut Noura, bagaimanapun juga Ahok kini merupakan ikon pejabat yang berani, bersih, dan mau bekerja keras demi rakyat.
Dalam promosi buku ini, redaksi Noura menulis : “Orang waras pilih Ahok,” ujar Ahok mengutip perkataan kenalannya ketika dimintai usulan judul buku pada minggu ketiga Juni 2014… Memang, judul buku ini akhirnya bukan Orang Waras Pilih Ahok, karena sesungguhnya bagi rakyak ada yang lebih penting daripada sekadar memilih seorang Ahok, yaitu memegang teguh Politik Akal Sehat. Prinsip inilah yang diharapkan menggiring rakyat untuk memilih pemimpin berkarakter bersih, transparan, dan profesional. Tentu saja tak meski Ahok karena Ahok berulang kali mengatakan, “Kalau ada yang lebih bagus dari saya, ya jangan pilih saya. Kalau ada.”
Entah apa maksud kelompok Mizan menerbitkan buku kontroversial yang pro Ahok ini, di tengah tokoh-tokoh Islam Jakarta dan sekitarnya sepakat untuk menolak Ahok menjadi gubernur kembali. Tokoh-tokoh Islam seperti KH Prof Didin Hafidhuddin, KH Dr Lutfi Fathullah, Habib Rizieq Shibab, KH Cholil Ridwan, Ustadz Bachtiar Nasir dan lain-lain, tentu bukan tokoh sembarangan ketika menolak Ahok.
Redaksi Sharia mengikuti perjalanan penolakan Ahok ini, nampaknya tokoh-tokoh umat itu mengharapkan mengharapkan agar umat Islam tidak pesimis melihat kader-kadernya. “Banyak tokoh dan kader-kader umat yang banyak yang bagus dan layak jadi pemimpin Jakarta dan Indonesia,”kata KH Didin dalam sebuah acara. Banyak kader-kader umat yang jauh lebih baik dari Ahok. Sebut misalnya, Ridwan Kamil, Risma, Sjafrie Sjamsuddin, Yusril Ihza Mahendra, Adhyaksa Dault dan lain-lain.
Mereka mengharapkan umat tidak terkecoh dengan publikasi besar-besaran tim Ahok baik di media massa maupun buku. Ahok yang kehidupannya hanya mementingkan materi, suka minuman keras, pro pelacuran, kasar, dan pro dominasi minoritas, tentu tidak layak memimpin ibukota yang mayoritas beragama Islam ini. Pemimpin dalam Islam, bukan hanya bisa menggaji pegawainya dengan gaji yang besar dan membangun rumah susun, tapi juga memberikan ketenangan kepada warganya dengan teladan dan akhlaknya. “Kalau hidup sekedar hidup, Babi di hutan juga hidup. Kalau bekerja sekedar bekerja, Kera juga bekerja,”kata ulama besar Buya Hamka. *red
Sumber: www.sharia.co.id
Post a Comment